LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I
NAMA : RESA OVELIA HAMSAR
NIM : A1C118034
DOSEN PENGAMPU :
Dr.Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
Untuk langkah pengerjaan dapat dilihat pada jurnal berikut:
VII. Data
Pengamatan
7.1 Kalibrasi Termometer
NO
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Dicampurkan air dan es didalam erlenmeyer, kemudia dimasukkan
termometer dan yang dilengkapi
sumbat serta diukur suhu bawah termometer
|
0℃
|
2.
|
Dimasukkan termometer kedalam aquades yang
dipanaskan, kemudian diukur
suhu awal mendidih sampai tidak naik lagi (konstan)
|
100℃
|
7.2 Penentuan Titik Leleh
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
||
1.
|
Dibakar ujung
pipa kapiler dan dimasukkan zat murni yang dipanaskan dan diikat pada
termometer , dimasukkan dalam erlenmeyer berisi aquades, kemudian dipanaskan
dan dicatat suhu saat mulai meleleh hingga meleleh sempurna
|
|||
1
|
β-Naftol
|
105℃-115℃
|
||
2
|
Naftalen
|
78℃-84℃
|
||
3
|
Glukosa
|
120℃-140℃
|
||
4
|
Asam Benzoat
|
98℃-150℃
|
||
5
|
Maltosa
|
105℃-107℃
|
||
2
|
Dengan Cara yang
sama, ditetukan titik leleh campuran dua senyawa dengan proporsi 1:1, 1:3 ,
3: 1
|
|||
Perbandingan 1:1
|
||||
1
|
Naftalen dan
Glukosa
|
100℃-148℃
|
||
2
|
Glukosa dan β-Naftol
|
130℃-140℃
|
||
3
|
β-Naftol dan Asam
Benzoat
|
88℃-92℃
|
||
4
|
Asam Benzoat dan
Maltosa
|
110℃-120℃
|
||
5
|
Maltosa dan
Naftalen
|
120℃-122℃
|
||
Perbandingan 1:3
|
||||
1
|
Naftalen dan
Glukosa
|
148℃-155℃
|
||
2
|
Glukosa dan β-Naftol
|
146℃-150℃
|
||
3
|
β-Naftol dan Asam
Benzoat
|
90℃-103℃
|
||
4
|
Asam Benzoat dan
Maltosa
|
100℃-155℃
|
||
5
|
Maltosa dan
Naftalen
|
110℃-114℃
|
||
Perbandingan 3:1
|
||||
1
|
Naftalen dan
Glukosa
|
130℃-146℃
|
||
2
|
Glukosa dan β-Naftol
|
138℃-149℃
|
||
3
|
β-Naftol dan Asam
Benzoat
|
85℃-120℃
|
||
4
|
Asam Benzoat dan
Maltosa
|
97℃-135℃
|
||
5
|
Maltosa dan
Naftalen
|
113℃-115℃
|
||
7.3 Demonstrasi Titik Leleh dengan
MPA (Melting Point Apparatus)
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
|
1.
|
Ditentukan titik
leleh masing-masing sampel pada pipa kapiler setebal lebih kurang 2 mm.
Ditentukan menggunakan MPA
|
||
1
|
β-Naftol
|
110-115℃
|
|
2
|
Naftalen
|
80℃-110℃
|
|
3
|
Glukosa
|
160,2℃-180℃
|
|
4
|
Asam Benzoat
|
115℃-120℃
|
|
5
|
Maltosa
|
90-102℃
|
VIII. Pembahasan
Termometer merupakan alat
pengukur suhu dalam berbagai keadaan dan wujud. Hasil pengukuran menggunakan
termometer ini dapat mempengaruhi tindakan selanjutnya yang akan dilakukan
dalam penelitian. Harus dilakukan pengecekan terhadap kelayakan penggunakan
dari termometer sebelum digunakan untuk mengukur. Praktikan juga harus dapat
menyimpan termometer agar tidak rusak.
8.1. Kalibrasi Termometer
Kalibrasi merupakan suatu
tahapan untuk memverifikasi kebenaran nilai ukur dari suatu alat ukur.
Kalibrasi dapat dilakukan dengan cara membandingkan alat ukur tersebut dengan
suatu acuan standar. Dilakukannya proses kalibrasi yaitu untuk memastikan
keadaan dari termometer yang akan digunakan, apakah termometer tersebut masih
dalam kondisi yang baik atau tidak.
Pada saat percobaan mengkalibrasi termometer ini, bertujuan untuk menentukan batas bawah dan batas atas dari skala termometer. Dengan cara dimasukkan bubuk batu es dan air dalam gelas kimia lalu disumbat dan pada sumbat tersebut dimasukkan termometer untuk mengukur suhu, dan letak termometer menempel pada es. Kemudian didapatkanlah suhu pertama 0℃. Setelah itu kami mendidihkan air dengan keadaan yang sama saat menentukan skala bawah dari termometer. Ketika air mendidih suhunya mencapai 100℃.
Pada saat percobaan mengkalibrasi termometer ini, bertujuan untuk menentukan batas bawah dan batas atas dari skala termometer. Dengan cara dimasukkan bubuk batu es dan air dalam gelas kimia lalu disumbat dan pada sumbat tersebut dimasukkan termometer untuk mengukur suhu, dan letak termometer menempel pada es. Kemudian didapatkanlah suhu pertama 0℃. Setelah itu kami mendidihkan air dengan keadaan yang sama saat menentukan skala bawah dari termometer. Ketika air mendidih suhunya mencapai 100℃.
8.2 Penentuan titik leleh
Untuk percobaan
ini dilakukan prosedur titik leleh dari senyawa murni adalah temperatur dimana keadaan
suatu senyawa pada keadaan padat dan cair dengan tekanan 1 atm. Jika energi panas
padatan murni sebanding dengan energi kisi maka kristal-kristal yang diikat
membentuk unit molekul, molekul-molekul kisi-kisi kristal akan menjauh dari
sekitarnya senyawa-senyawa yang mempunyai massa molekul yang sama, maka senyawa
yang lebih polar dan yang memiliki struktur molekul yang lebih simetris adalah
yang mempunyai titik leleh lebih tinggi.
Jadi titik leleh suatu zat bergantung dari struktur molekul yang merupakan
dimensi fisik dari suatu zat.
Pada percobaan ini,yang ditentukan
titik lelehnya yaitu naftalen, glukosa, β-naftol, asam benzoat dan maltosa,
yang masing-masing sampel diberi perlakuan yang sama. Dimana masing-masing
sampel dimasukkan kedalam pipa kapiler dan disumbat lalu diikat dengan
termometer dan dicatat suhunya. Suhu yang didapatkan yaitu pada masing-masing
sampel, β-naftol (105℃-115℃), naftalen (78℃-84℃), glukosa (120˚C-140˚C), asam
benzoat (98˚C- 150˚C) dan maltosa (105˚C- 107˚C). Pengukuran dilakukan dengan termometer
dimana praktikan mencatat suhunya berdasarkan keadaan sampel yang mulai meleleh
hingga meleleh sempurna.
Pada percobaan ini juga kami menggunakan zat satu dengan yang lain
menggunakan perbandingan yaitu 1:1, 1:3,
3:1 . Pada perbandingan 1:1 didapatkan hasil sebagai berikut: naftalen-glukosa
(100˚C- 148˚C), glukosa – β naftol (130˚C- 140˚C), β naftol-asam benzoat
(88˚C-92˚C), asam benzoat- maltosa
(110˚C- 120˚C), maltosa-naftalen (120˚C- 122˚C). Kemudian untuk perbandingan 1:3
didapatkan suhunya naftalen- glukosa (148˚C- 155˚C), glukosa – β naftol (146˚C-
150˚C), β naftol – asam benzoat (90˚C- 103˚C), asam benzoat-maltosa (100˚C-
155˚C), dan maltosa-naftalen (110˚C- 114˚C). Pada perbandingan 3:1 dilakukan
perlakuan yang sama dan didapatkan hasil
yaitu naftalen-glukosa (130˚C- 146˚C), glukosa-β naftol (138˚C- 149˚C), β
naftol-asam benzoat (85˚C- 120˚C), asam benzoat-maltosa (97˚C- 135˚C) dan
maltosa-naftalen (113˚C- 115˚C).
8.3 Demostrasi titik leleh dengan MPA (Melting Point Apparatus).
Pada percobaan ini penentuan titik leleh dilakukan dengan dua cara yaitu
cara klasik dan cara modern menggunakan mesin MPA (Melting Point Apparatus). Percobaan dengan MPA bertujuan duntuk mengetahui cara pemakian MPA. MPA merupakan alat yang memerlukan listrik sebagai sumber panas yang dapat diaplikasikan untuk melalukan penentuan titik leleh dan nilai yang tunjukan oleh sinyal digital. Prosedur yang dilakukan hampir sama dengan cara yang manual hanya saja, kali ini sampel dan termometer dimasukkan kedalam lubang pada MPA. Setelah dilakukan percobaan didapatkan hasil yaitu untuk β-naftol suhunya 110-115℃, maltosa 90-102℃, naftalen 80℃-110, asam benzoat 98℃-150℃,glukosa 160,2℃-180℃
IX. Pertanyaan Pasca Praktikum
1.
Pada saat percobaan, mengapa terjadi perbedaan waktu
untuk mencapai titik didih dari air pada kelima kelompok?
2.
Mengapa minyak digunakan sebagai media dari pada air?
3.
Adakah hubungan antara perbandingan massa sampel yang
diuji dengan hasil yang didapatkan?
X. Kesimpulan
Setelah dilakukan percobaan ini ada beberapa
kesimpulan yang dapat diambil :
1. Pada
penentuan titik leleh suatu senyawa murni ada prinsip dasar yang harus diperhatikan
yaitu ditentukan berdasarkan pengamatan tingkat lelehnya, yang dimulai pada saat
sampel mulai meleleh, kemudian perubahan padat-cair, hingga seluruh kristal
meleleh .
2.
Kalibrasi termometer dilakukan bertujuan untuk memastikan keadaan dari
termometer apakah layak digunakan atau tidak dalam pengukuran suhu.
3. Masing-masing
senyawa murni mempunyai titik leleh yang berbeda dengan senyawa yang tidak
murni.
4. Setelah
dilakukan percobaan, didapatkan titik leleh yang berbeda-beda bagi setiap
sampel yang digunakan.
XI. Manfaat
Setelah dilakukannya percobaan ini diharapkan praktikan dapat mengetahui
dua metode dalam menentukan titik leleh yaitu dengan cara manual dan modern
menggunakan MPA. Kemudian praktikan juga dapat mengetahui seberapa pentingnya
pengaruh perlakuan kalibrasi pada alat ukur sebelum menggunakannya untuk
mengukur.
XII. Lampiran Gambar
Untuk video percobaan dapat dilihat pada link berikut:
https://youtu.be/GXdzPjlEhXg
Untuk video percobaan dapat dilihat pada link berikut:
https://youtu.be/GXdzPjlEhXg
XIII. Daftar Pustaka
Herlambang, dkk. 2018. Peningkatan Kemampuan Sistem Kalibrasi Termometer
Gelas. Iptek Penerbangan dan Antariksa : Progres Litbangyasa Roket, Satelit
dan Penerbangan 2018.
Indrayani, L. 2017. Uji Homogenitas dan Stabilitas Suhu Mini Liquid Bath
untuk Kalibrasi Termometer Digital Makanan. Prosiding SNFA (Seminar Nasional
Fisika dan Aplikasinya) 2017 E-ISSN: 2548-8325 / P-ISSN 2548-8317.
Jamzuri. 2016. Pembuatan Sistem Akuisisi Data Pengukur Suhu Menggunakan Labview
Interface For Arduino (LIFA). Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) Volume
6 Nomor 1 ISSN : 2089-6158.
Riswanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Syamsurizal. 2019. Kalibrasi Termometer dan Penentuan Titik
Leleh. Dikunjungi pada tanggal 12 Februari 2020 dari Kimia Organik :
http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/26/70.
Saya lisna wiranti dengan nim A1C118001 akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 3. Bahwa perbandingan masa pasti akan mempengaruhi hasil.
BalasHapusassalammualaikum wr.wb
BalasHapusperkenalkan nama saya indah syafitri (A1c118018) saya akan membentu menjawab pertanyaan no 2. karena tidak semua zat titik didihnya lebih tinggi dari pada titik didih air sehingga pada percobaan penentuan titik leleh tersebut diganti dengan minyak karena minyak memiliki titik didih yang lebih tinggi dari air
sekian...
semoga membantu
assalamualaikum, saya siti asmiyah nim a1c118094 saya akan mencoba menjawab pertanyaan no.1 berbedanya dapat dipengaruhi oleh kurang telitinya praktikan dalam mebaca skala termometer dan dapat dipengaruhi besar kecilnya api bunsen yang digunakan. sekian terimakasih
BalasHapus
BalasHapusmari gabung bersama kami di Aj0QQ*com x-)
BONUS CASHBACK 0.3% setiap senin
BONUS REFERAL 20% seumur hidup. ;-)