Pages

Pages - Menu

Sabtu, 29 Februari 2020

Jurnal Reaksi-Reaksi Hidrokarbon


JURNAL PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I






NAMA             : RESA OVELIA HAMSAR
NIM                 : A1C118034



DOSEN PENGAMPU :
Dr.Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020










Percobaan 4

I.    Judul                   : Reaksi-reaksi Hidrokarbon
II.  Hari/ Tanggal      : Rabu,  4 Februari 2020
III. Tujuan                 : Adapun percobaan ini bertujuan untuk :
1.                  Dapat memaparkan perbedaan sifat-sifat kimia hidrokarbon alifatik jenuh dan tak jenuh dan aromatik.
2.                  Dapat memaparkan jenis reaksi kimia untuk membedakan ketiga golongan senyawa hidrokarbon
3.                  Dapat mengetahui cara dan teknik pengujian ketiga golongan senyawa hidrokarbon.
IV. Landasan Teori
Untuk senyawa hidrokarbon biasanya tersusun dari atom hidrogen dan karbon yang lazimnya disebut dengan alkana, alkena, dan alkuna. Senyawa ini banyak terdapat dalam kehidupan sehari-hari contohnya pada saat memasak dan bahan bakar kendaraan.  Pada senyawa hidrokarbon reaksi-reaksinya dapat terjadi secara tidak sempurna dan sempurna. Kedua reaksi ini dapat diamati melalui analisis dari proses berlangsung dan hasil dari reaksi.
Senyawa hidrokarbon yang paling dasar adalah alkana, merupakan senyawa hidrokarbon yang memiliki ikatan kovalen tunggal dan struktur molekulnya tersusun atas hidrogen dan karbon. Senyawa alkana yang paling sederhana adalah metana, yang berupa gas pada suhu dan tekanan yang baku serta komponen utama penyusun gas (Wilbraham, 1992).
Pengklasifikasian hidrokarbon dapat dilakukan berdasarkan ikatan karbon pada senyawa. Ada dua macam pengelompokkan, hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak jenuh. Hidrokarbon jenuh merupakan hidrokarbon yang molekul karbonnya memiliki satu ikatan dan hidrokarbon tak jenuh adalah hidrokarbon yang molekul karbonnya memiliki ikatan rangkap (Fessenden, 1997).
Menurut Louis (1964) terdapat beberapa sifat senyawa hidrokarbon antaralain:
1.      Senyawa hidrokarbon bersifat non polar yang menyebabkannya tidak bisa larut dalam air.
2.      Peningkatan titik didih berbanding lurus dengan peningkatan jumlah atom C. Semakin banyak atom C makan akan semakin tinggi titik didihnya.
3.      Senyawa hidrokarbon dapat berupa padat, cair dan gas berdasarkan jumlah atom C dan H yang dikandung.
4.      Pereaksian dengan Halogen dapat menyebabkan reaksi substitusi pada salah satu atom H senyawa Hidrokarbon.
5.       Reaksi oksidasi pada alkana dapat menghasilkan energi.

Berdasarkan strukturnya, hidrokarbon dapat dikelompokkan menjadi hidrokarbon alifatik dan aromatik. Untuk hidrokarbon alifatik berasal dari minyak bumi dan hidrokarbon aromatik berasal dari batu bara. Seluruh senyawa dari hidrokarbon alifatik maupun aromatik bersifat tak larut dalam air dan dapat terbakar bila bereaksi dengan udara (Ridwan, 1989).



V. Alat dan Bahan
5.1 Alat
        Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu:
1.      Pipet tetes
2.      Kardus
3.      Tabung Reaksi
4.      Gelas Kimia
5.      Termometer
6.      Lampu Pijar
7.      Kaki Tiga
8.      Bunsen
9.      Batu Didih
10.  Lemari Asam
11.  Kawat Kasa
1.2  Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu:
1.      Kertas Lakmus
2.      Asam Nitrat
3.      Senyawa tak dikenal
4.      Liogroin
5.      Asam Sulfat Pekat
6.      Sikloheksana
7.      Benzen
8.      Aquades
9.      Potongan Besi
10.  Kalium Permanganat
11.  CCl4

VI. Prosedur Kerja

6.1 Brom dalam Karbon tetraklorida
6.2 Brom
6.3 Larutan Kalium Permanganat
6.4 Asam Sulfat Pekat
6.5 Asam Nitrat


6.6 Senyawa tak dikenal

Untuk video percobaan dapat dilihat pada link berikut:

Pertanyaan:
1. Mengapa terjadi pemisahan pada saat percobaan?
2. Apakah cara pendemonstran melakukan percobaan sudah benar pada video?
3. Dalam pelarut apa sajakah bromin dapat larut?

Sabtu, 22 Februari 2020

Jurnal Pemurnian Zat Padat


JURNAL PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I



NAMA             : RESA OVELIA HAMSAR
          NIM                 : A1C118034


DOSEN PENGAMPU :
Dr.Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020





Percobaan 3

I.    Judul                   : Pemurnian Zat Padat
II.  Hari/ Tanggal      : Rabu,  26 Februari 2020
III. Tujuan                 : Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Dapat melakukan kristalisasi dengan baik.
2. Dapat memilih pelarut sesuai untuk rekristalisasi.
3. Dapat menjernihkan dan menghilangkan warna larutan.
4. Dapat memisahkan dan memurnikan campuran dengan rekristalisasi.

IV. Landasan Teori
Dalam pemurnian zat padat diperlukannya keahlian dan pendekatan khusus pada prosesnya. Pendekatan dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi sampel tersebut berdasarkan sifatnya. Pengetahuan yang baik mengenai sifat-sifat tersebut dapat menentukan berhasil tidaknya percobaan. Pengetahuan mengenai pelarut yang digunakan merupakan pengetahuan yang harus dimiliki seorang praktikan. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses pemurnian diantaranya : teknik kristalisasi, sublimasi dan khromatografi.
Momen terbentuknya komponen-komponen zat padat pada fasa yang homogen dapat disebut dengan kristalisasi. Kristalisasi bisa terlkakukan sebagai terbentuknya partikel solid dalam uap, layaknya pada pembentukan salju selaku pembekuan (Solidification) saat lelehan cair. Pada dasarnya kristalisasi terbentuk melewati beberapa tahapan seperti, nukleasi atau pembentukan inti kristal dan progres kristal. Ada beberapa faktor penggerak terjadinya laju nukleasi dan laju pembentukan kristal yaitu supersaturasi. Pada keadaan larutan jenuh ataupun tak jenih nukleasi dan pembentukan tidak bisa berlangsung (Pinalia,2011).
Menurut Zaini (2011) Dalam bidang kimia ada suatu kejadian dimana terbentuknya elemen-elemen solid didalam kondisi yang setimbang (fasa homogen) yang dapat disebut dengan kristalisasi. Hal ini dapat berlangsung sebagai pembentukan elemen solid dalam uap, dapat dicontohkan sebagai pembentukan salju pada pembekuan (solidification) pada lelehan cair. Pada dasarnya prinsip kristalisasi terdiri dari dua tahapan seperti pembentukan inti kristal (Nukleasi) dan pembentukan kristal. Untuk mendapatkan kristalisasi dapat dilakukan dua cara:
1.      Cara penguapan, menggunakan pemasan cairan.
2.      Cara pendinginan, berdasarkan perbedaan titik beku.
Pemurnian zat padat tidak hanya bisa dilakukan dengan kristalisasi tetapi dapat juga dengan sublimasi. Sublimasi dapat dilakukan berdasarkan prinsip perbedaan tingkat kelarutan adri zat pengotor. Ketika zat padat berada pada suhu ruang dan pada tingkat tekanan tertentu maka sampel tersebut akan melebur kemudian mendidih. Pengkristalan kembali bisa dikelompokkan berdasarkan sifat pembentuknya (Oxtoby, 2001).
Menurut Tim Kimia Organik I (2016) Umumnya pada proses pengkristalan kembali pelarut yang digunakan yatu pelarut cair karena bersifat tidak teaktif dan setelah digunakan untuk melarutkan sampel ketika diuapkan akan mudah untuk diperoleh kembali dan tidak mahal. Ada beberapa kriteria pelarut yang baik:
1.      Tidak bereaksi dengan sampel yang akan dikristalkan kembali.
2.      Sampel harus memiliki kelarutas terbatas (sebagian)
3.      Titik didih pelarut tidak lebih besar dari titik leleh sampel yang akan dikristalkan kembali.
V. Alat Dan Bahan
5.1. Alat
a.       Gelas kimia 100 ml.
b.       Pemanasan Bunsen.
c.       Corong Bruchner.
d.       Pengaduk.
e.       Cawan penguap.
f.        Kertas saring.
g.      Gelas wool atau kapas.
h.      Pipet tets.
i.        Kawat kasa.
j.        Kaki tiga.

5.2 Bahan.
a.       Air suling.
b.      Asam benzoat 0,5 gram.
c.       Naftalen.
d.      Es batu.

VI. Prosedur Kerja
6.1 Prosedur percobaan rekristalisasi.




6.2 Sublimasi

Untuk Video dapat dilihat pada link dibawah:
https://www.youtube.com/watch?v=c2dBmiMp2Nk
https://www.youtube.com/watch?v=5BS804vknnk




Pertanyaan:
1. Apa fungsi dari pencampuran tanah pada saat percobaan?
2. Mengapa pada saat pemanasan, gelas kimia yang digunakan harus ditutup?
3. Apa yang menyebabkan hanya kapur barus yang menguap?

Selasa, 18 Februari 2020

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I Kalibrasi Termometer dan Penentuan Titik Leleh


LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I



NAMA             : RESA OVELIA HAMSAR
NIM                 : A1C118034


DOSEN PENGAMPU :
Dr.Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020






Untuk langkah pengerjaan dapat dilihat pada jurnal berikut:
VII. Data Pengamatan
7.1 Kalibrasi Termometer
NO
Perlakuan
Hasil
1.
Dicampurkan air dan es didalam erlenmeyer, kemudia dimasukkan termometer dan yang dilengkapi sumbat serta diukur suhu bawah termometer
0℃
2.
Dimasukkan termometer kedalam aquades yang dipanaskan, kemudian diukur suhu awal mendidih sampai tidak naik lagi (konstan)
100℃

7.2 Penentuan Titik Leleh
No
Perlakuan
Hasil
1.
Dibakar ujung pipa kapiler dan dimasukkan zat murni yang dipanaskan dan diikat pada termometer , dimasukkan dalam erlenmeyer berisi aquades, kemudian dipanaskan dan dicatat suhu saat mulai meleleh hingga meleleh sempurna


1
β-Naftol
105℃-115℃
2
Naftalen
78℃-84℃
3
Glukosa
120℃-140℃
4
Asam Benzoat
98℃-150℃
5
Maltosa
105℃-107℃
2
Dengan Cara yang sama, ditetukan titik leleh campuran dua senyawa dengan proporsi 1:1, 1:3 , 3: 1


Perbandingan 1:1

1
Naftalen dan Glukosa
100℃-148℃

2
Glukosa dan β-Naftol
130℃-140℃

3
β-Naftol dan Asam Benzoat
88℃-92℃

4
Asam Benzoat dan Maltosa
110℃-120℃

5
Maltosa dan Naftalen
120℃-122℃

Perbandingan 1:3

1
Naftalen dan Glukosa
148℃-155℃

2
Glukosa dan β-Naftol
146℃-150℃

3
β-Naftol dan Asam Benzoat
90℃-103℃

4
Asam Benzoat dan Maltosa
100℃-155℃

5
Maltosa dan Naftalen
110℃-114℃

Perbandingan 3:1

1
Naftalen dan Glukosa
130℃-146℃

2
Glukosa dan β-Naftol
138℃-149℃

3
β-Naftol dan Asam Benzoat
85℃-120℃

4
Asam Benzoat dan Maltosa
97℃-135℃

5
Maltosa dan Naftalen
113℃-115℃
7.3 Demonstrasi Titik Leleh dengan  MPA (Melting Point Apparatus)
No
Perlakuan
Hasil
1.
Ditentukan titik leleh masing-masing sampel pada pipa kapiler setebal lebih kurang 2 mm. Ditentukan menggunakan MPA


1
β-Naftol
110-115
2
Naftalen
80℃-110
3
Glukosa
160,2-180
4
Asam Benzoat
115-120
5
Maltosa
90-102℃

VIII. Pembahasan
            Termometer merupakan alat pengukur suhu dalam berbagai keadaan dan wujud. Hasil pengukuran menggunakan termometer ini dapat mempengaruhi tindakan selanjutnya yang akan dilakukan dalam penelitian. Harus dilakukan pengecekan terhadap kelayakan penggunakan dari termometer sebelum digunakan untuk mengukur. Praktikan juga harus dapat menyimpan termometer agar tidak rusak.
8.1. Kalibrasi Termometer
            Kalibrasi merupakan suatu tahapan untuk memverifikasi kebenaran nilai ukur dari suatu alat ukur. Kalibrasi dapat dilakukan dengan cara membandingkan alat ukur tersebut dengan suatu acuan standar. Dilakukannya proses kalibrasi yaitu untuk memastikan keadaan dari termometer yang akan digunakan, apakah termometer tersebut masih dalam kondisi yang baik atau tidak.
Pada saat percobaan mengkalibrasi termometer ini, bertujuan untuk menentukan batas bawah dan batas atas dari skala termometer. Dengan cara dimasukkan bubuk batu es dan air dalam gelas kimia lalu disumbat dan pada sumbat tersebut dimasukkan termometer untuk mengukur suhu, dan letak termometer menempel pada es. Kemudian didapatkanlah suhu pertama 0℃.  Setelah itu kami mendidihkan air dengan keadaan yang sama saat menentukan skala bawah dari termometer. Ketika air mendidih suhunya mencapai 100℃.
8.2 Penentuan titik leleh
Untuk  percobaan ini dilakukan prosedur titik leleh dari senyawa murni adalah temperatur dimana keadaan suatu senyawa pada keadaan padat dan cair dengan tekanan 1 atm. Jika energi panas padatan murni sebanding dengan energi kisi maka kristal-kristal yang diikat membentuk unit molekul, molekul-molekul kisi-kisi kristal akan menjauh dari sekitarnya senyawa-senyawa yang mempunyai massa molekul yang sama, maka senyawa yang lebih polar dan yang memiliki struktur molekul yang lebih simetris adalah yang  mempunyai titik leleh lebih tinggi. Jadi titik leleh suatu zat bergantung dari struktur molekul yang merupakan dimensi fisik dari suatu zat.
               Pada percobaan ini,yang ditentukan titik lelehnya yaitu naftalen, glukosa, β-naftol, asam benzoat dan maltosa, yang masing-masing sampel diberi perlakuan yang sama. Dimana masing-masing sampel dimasukkan kedalam pipa kapiler dan disumbat lalu diikat dengan termometer dan dicatat suhunya. Suhu yang didapatkan yaitu pada masing-masing sampel, β-naftol (105℃-115℃), naftalen (78℃-84℃), glukosa (120˚C-140˚C), asam benzoat (98˚C- 150˚C) dan maltosa (105˚C- 107˚C). Pengukuran dilakukan dengan termometer dimana praktikan mencatat suhunya berdasarkan keadaan sampel yang mulai meleleh hingga meleleh sempurna.
Pada percobaan ini juga kami menggunakan zat satu dengan yang lain menggunakan  perbandingan yaitu 1:1, 1:3, 3:1 . Pada perbandingan 1:1 didapatkan hasil sebagai berikut: naftalen-glukosa (100˚C- 148˚C), glukosa – β naftol (130˚C- 140˚C), β naftol-asam benzoat (88˚C-92˚C),  asam benzoat- maltosa (110˚C- 120˚C), maltosa-naftalen (120˚C- 122˚C). Kemudian untuk perbandingan 1:3 didapatkan suhunya naftalen- glukosa (148˚C- 155˚C), glukosa – β naftol (146˚C- 150˚C), β naftol – asam benzoat (90˚C- 103˚C), asam benzoat-maltosa (100˚C- 155˚C), dan maltosa-naftalen (110˚C- 114˚C). Pada perbandingan 3:1 dilakukan perlakuan yang sama dan  didapatkan hasil yaitu naftalen-glukosa (130˚C- 146˚C), glukosa-β naftol (138˚C- 149˚C), β naftol-asam benzoat (85˚C- 120­˚C), asam benzoat-maltosa (97˚C- 135˚C) dan maltosa-naftalen (113˚C- 115˚C).

8.3 Demostrasi titik leleh dengan MPA (Melting Point Apparatus).
Pada percobaan ini penentuan titik leleh dilakukan dengan dua cara yaitu cara klasik dan cara modern menggunakan mesin MPA (Melting Point Apparatus). Percobaan dengan MPA bertujuan duntuk mengetahui cara pemakian MPA.  MPA merupakan alat yang memerlukan listrik sebagai sumber panas yang dapat diaplikasikan untuk melalukan penentuan titik leleh dan nilai yang tunjukan oleh sinyal digital. Prosedur yang dilakukan hampir sama dengan cara yang manual hanya saja, kali ini sampel dan termometer dimasukkan kedalam lubang pada MPA. Setelah dilakukan percobaan didapatkan hasil yaitu untuk β-naftol suhunya 110-115, maltosa 90-102℃, naftalen 80℃-110, asam benzoat 98℃-150℃,glukosa 160,2-180


IX. Pertanyaan Pasca Praktikum
1.      Pada saat percobaan, mengapa terjadi perbedaan waktu untuk mencapai titik didih dari air pada kelima kelompok?
2.      Mengapa minyak digunakan sebagai media dari pada air?

3.      Adakah hubungan antara perbandingan massa sampel yang diuji dengan hasil yang didapatkan?

X. Kesimpulan
Setelah dilakukan percobaan ini ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil :
1. Pada penentuan titik leleh suatu senyawa murni ada prinsip dasar yang harus diperhatikan yaitu ditentukan berdasarkan pengamatan tingkat lelehnya, yang dimulai pada saat sampel mulai meleleh, kemudian perubahan padat-cair, hingga seluruh kristal meleleh .
2. Kalibrasi termometer dilakukan bertujuan untuk memastikan keadaan dari termometer apakah layak digunakan atau tidak dalam pengukuran suhu.
3. Masing-masing senyawa murni mempunyai titik leleh yang berbeda dengan senyawa yang tidak murni.
4. Setelah dilakukan percobaan, didapatkan titik leleh yang berbeda-beda bagi setiap sampel yang digunakan.
XI. Manfaat
Setelah dilakukannya percobaan ini diharapkan praktikan dapat mengetahui dua metode dalam menentukan titik leleh yaitu dengan cara manual dan modern menggunakan MPA. Kemudian praktikan juga dapat mengetahui seberapa pentingnya pengaruh perlakuan kalibrasi pada alat ukur sebelum menggunakannya untuk mengukur.
XII. Lampiran Gambar








Untuk video percobaan dapat dilihat pada link berikut: 
https://youtu.be/GXdzPjlEhXg
XIII. Daftar Pustaka
Herlambang, dkk. 2018. Peningkatan Kemampuan Sistem Kalibrasi Termometer
Gelas. Iptek Penerbangan dan Antariksa : Progres Litbangyasa Roket, Satelit dan Penerbangan 2018.
Indrayani, L. 2017. Uji Homogenitas dan Stabilitas Suhu Mini Liquid Bath untuk Kalibrasi Termometer Digital Makanan. Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2017 E-ISSN: 2548-8325 / P-ISSN 2548-8317.
Jamzuri. 2016. Pembuatan Sistem Akuisisi Data Pengukur Suhu Menggunakan Labview Interface For Arduino (LIFA). Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) Volume 6 Nomor 1 ISSN : 2089-6158.
Riswanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Syamsurizal. 2019.  Kalibrasi Termometer dan Penentuan Titik Leleh. Dikunjungi  pada tanggal 12 Februari 2020 dari Kimia Organik : http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/26/70.